Select Menu

Random Posts

Flexible Home Layout

Tabs

SCIENCE & TECHNOLOGY

Games & Multimedia

Main menu section

Sub menu section

BERITA PEMKAB TAPIN

Lorem 1

Technology

Rilis Berita KEMENKES

Circle Gallery

Shooting

Racing

BERITA PUSKESMAS

News



RUP DINAS KESEHATAN KABUPATEN TAPIN TAHUN ANGGARAN 2012





Ibu hamil dianjurkan tidak terlalu sering menggunakan ponsel, sebab dikhawatirkan radiasinya akan memicu gangguan perilaku pada janin yang dikandungnya. Benarkah radiasi ponsel semasa hamil bisa bikin anak tumbuh menjadi hiperaktif?

Dugaan bahwa radiasi ponsel pada ibu hamil bisa menyebabkan gangguan perilaku terungkap dalam sebuah penelitian di Yale University. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Report ini menunjukkan, radiasi bisa mempengaruhi pertumbuhan otak.

Dengan menggunakan sekelompok tikus betina, para peneliti memberikan paparan radisasi ponsel selama masa kehamilan. Akibatnya saat diamati di laboratorium, anak-anak tikus yang dilahirkan cenderung memiliki aktivitas otak yang lebih tinggi dari anak tikus pada umumnya.

Peningkatan aktivitas di beberapa bagian otak tersebut diyakini mirip seperti pada penderita Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Gangguan ini seringkali menyebabkan anak susah konsentrasi, selalu gelisah dan susah mengingat sesuatu karena kapasitas memorinya tidak berkembang.

"Meningkatnya gangguan perilaku pada anak manusia seperti misalnya GPPH kemungkinan besar masih terkait dengan pemakaian ponsel secara berlebihan saat hamil," kata Prof hugh Taylor yang memimpin penelitian tersebut seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (16/3/2012).

Meski sudah dipublikasikan di jurnal ilmiah, tak pelak hasil penelitian ini memicu kontroversi di kalangan para ilmuwan sendiri. Bukan sekedar tidak ingin menyamakan manusia dengan tikus, tapi dalam hal ini tikus dianggap benar-benar tidak bisa mewakili kondisi pada ibu hamil.

Salah satu alasannya adalah soal ukuran tikus, yang kadang-kadang sama atau malah tidak lebih besar dari ukuran ponsel. Kondisinya berbeda sebab pada manusia radiasi ponsel hanya di sekitar kepala, sementara pada tikus radiasi bisa langsung mengenai seluruh tubuhnya yang kecil itu.

Selain itu, bayi tikus hanya dikandung selama 19 hari dan saat dilahirkan kondisi otaknya memang belum benar-benar matang. Lain halnya dengan bayi manusia yang harus dikandung sekitar 10 bulan sehingga orang bisa tumbuh lebih optimal tanpa pengaruh radiasi selama dalam kandungan.

GPPH sendiri merupakan gangguan perilaku yang dicirikan dengan susah konsentrasi dan memperhatikan, hiperaktif dan impulsif atau hanya menuruti keinginan tanpa pikir panjang. Diperkirakan 3-7 persen anak sekolah mengalaminya, sehingga prestasi belajarnya terganggu.


(up/ir
Bali, 17 November 2011



Penelitian Kesehatan merupakan salah satu subsistem dalam sistem kesehatan nasional. Penelitian Kesehatan dapat menjamin akurasi, validitas, kelayakan, dan keberlanjutan sistem kesehatan nasional untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Demikian disampaikan Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH pada acara the 1st International Symposium on Health Research and Development and the 3rd Western Pacific Regional Conference on Public Health, di Bali (17/11/11). Hadir dalam acara ini, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, dr. Trihono; President of the World Federation of Public Health Association, Prof. Ulrich Laaser; Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), dr. Adang Bachtiar, MPH, ScD; dan perwakilan WHO Representative untuk Indonesia, dr. Kanchit Limpakarnjanarat serta para peneliti kesehatan.
“Investasi pada penelitian dan pengembangan kesehatan penting untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perlu pendekatan multidisiplin dalam penelitian dan pengembangan kesehatan, di mulai dari penelitian biomedis hingga penentuan kebijakan. Hal ini penting, untuk menjembatani para peneliti, sebagai produsen pengetahuan dan informasi,dengan para pembuat kebijakan, untuk memungkinkan pengembangan kebijakan yang relevan, valid, dan akurat.

Menkes mengakui, disparitas kesehatan masih ditemukan di Indonesia dan di sebagian besar negara di dunia. Untuk mengatasi ketidaksetaraan kesehatan, reformasi sistem kesehatan sangat diperlukan.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) menunjukkan disparitas kesehatan terdeteksi antar wilayah geografis, kelompok masyarakat, dan tingkat sosial-ekonomi di negara ini. Oleh karena itu, selama periode 2010-2014, fokus dari pembangunan kesehatan nasional Indonesia adalah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap perawatan kesehatan yang berkualitas.

“Dalam reformasi kesehatan,  kebijakan berbasis bukti dikembangkan dan didasarkan pada praktek, hasil evaluasi, dan data yang dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pengembangan”, ujar Menkes.

Menkes memaparkan, setiap lima tahun, Riskesdas dilakukan. Survey berskala nasional ini bertujuan untuk melakukan pemetaan masalah kesehatan masyarakat, guna mengembangkan rencana intervensi masalah kesehatan yang ada di berbagai Kabupaten/Kotadi Indonesia.

Riskesdas pertama kali dilakukan tahun 2007-2008. Riskesdas kedua dilakukan pada tahun 2010, untuk mengevaluasi kemajuan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia.

Menkes menambahkan, pada 2011, telah dilakukan Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes). Survei yang melibatkan Puskesmas, Rumah Sakit Umum Pemerintah, dan laboratorium ini. Rifakses bertujuan untuk memetakan ketersediaan dan kecukupan fasilitas pelayanan kesehatan, distribusi sumber daya tenaga kesehatan serta indeks kinerja rumah sakit dan Puskesmas.

Di samping itu, pada 2012, Penelitian Tanaman Obat Nasional akan dilakukan, guna memetakan keanekaragaman jenis tanaman obat yang ada di Indonesia serta kandungan dari masing-masing jenisnya. Lebih lanjut, dalam waktu dekat, penelitian tentang polusi dan aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatan, juga akan dilaksanakan.

Pada kesempatan tersebut, Menkes menyampaikan apresiasi kepada para peneliti, yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, integritas, dan tanggung jawab moral. Menkes berharap, kemitraan yang terjalin mampu memicu kreativitas dan atusiasme dari para peneliti untuk terus berinovasi dalam kolaborasi, guna menemukan cara terbaik untuk melakukan intervensi terhadap masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi hingga saat ini.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor  tlp. (021) 52907416-9, faks. (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC) 021-500567, atau e-mail info@depkes.go.id dan kontak@depkes.go.id.

Secara umum penyakit mag disebabkan oleh tingginya kadar asam dalam lambung. Tingginya kadar asam lambung disebabkan produksi asam yang berlebihan atau penghancuran asam yang lambat. Juga bisa dipicu oleh kelainan saraf atau infeksi bakteri.

Penyakit mag kronis bisa menyebabkan komplikasi, berupa iritasi atau luka di lambung. Gejala gangguan ini biasanya berupa tinja mengeras karena pencernaan kurang baik, nafsu makan berkurang, sering muntah, tubuh lemah, dan kadangkala terjadi diare kronis.

Mengobati mag, kata Iskandar Ali, herbalis dan akupunkturis dari Klinik Gaya Hidup Sehat, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pijat telinga dan ramuan herbal.

Daerah telinga yang dipijat, kata Iskandar, adalah wilayah titik lambung, lever, jantung, dan saraf penyeimbang. Pijat telinga dapat dilakukan dengan alat sederhana. Contohnya, pentol korek api, ujung korek kuping, atau kili-kili (bandul alat pancing).

Berikut beberapa ramuan herbal untuk mengatasi gangguan mag, yang ditawarkan Iskandar:

RAMUAN 1
Bahan: 1 genggam taoge, 1 sendok makan madu
Cara pemakaian: Taoge diblender, lalu ditambah madu. Minum ramuan ini dua kali sehari.

RAMUAN 2
Bahan: 1 buah jeruk nipis, 1 sendok makan madu
Cara pemakaian: Jeruk nipis dipotong-potong, seduh dengan air panas secukupnya, lalu tambahkan madu. Minum ramuan ini dua kali sehari, pagi dan sore.

RAMUAN 3
Bahan: Masing-masing 1/2 jari bangle, jahe, kencur, dan lempuyang
Cara pemakaian: Semua bahan dicuci sampai bersih, lalu iris tipis-tipis. Rebus semua bahan dalam lima gelas air hingga menjadi dua gelas. Ramuan diminum dua kali sehari sebelum makan, masing-masing satu gelas.

RAMUAN 4
Bahan: 1 pelepah besar lidah buaya, gula pasir secukupnya, 2 gelas air garam, 1 gelas air beras, 1 gelas air putih
Cara pemakaian: Kulit lidah buaya dikupas dan dipotong-potong bentuk dadu, lalu cuci dengan air garam. Bilas dengan air bersih dan rendam dalam air beras selama semalam.

Esok harinya, cuci lagi dengan air bersih lalu tiriskan. Setelah ditiriskan, bahan dikukus selama 10 menit, kemudian diblender. Masukkan bahan yang sudah halus ini ke dalam rebusan air gula yang sudah disiapkan. Minum ramuan ini dua kali sehari, pagi dan sore.

RAMUAN 5
Bahan: 3 lembar daun sambung nyawa kering, 30 gram daun jombang kering, 2 iris temulawak kering, 7 lembar daun sambiloto kering, 30 gram pegagan kering, 2 iris temu putih, 7 lembar daun mimba kering, 1/2 jari bangle
Cara pemakaian: Semua bahan direbus dalam lima gelas air hingga tersisa dua gelas. Ramuan diminum dua kali sehari sebelum makan, masing-masing 1 gelas.

Sumber : http://www.dechacare.com